Minggu, 13 September 2009

PUASA KEBANGSAAN

MOMENTUM KEMERDEKAAN KE-64 TAHUN. Ditandai dengan wajah negeri yang berseri, setelah ditetapkannya dan dilantik anggota DPRD di berbagai daerah. Juga ditetapkannya hasil pemilihan presiden 2009, dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Budiono sebagai presiden dan wakil presiden 2009 – 2014 terpilih.


Lakon pileg dan pilpres 2009 – 2014 sudah usai, walau masih memberikan berbagai catatan untuk perbaikan ke depan. Tetapi semua dilaksanakan dengan damai dan bersatu, semua kontestan menerima hasil akhir dari ketetapan MK, sebagai pintu terakhir keputusan hasil perundangan dan sengketa pemilu.

Sekali lagi, demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan aman, damai dan tenteram. Demokrasi juga bukan hal yang baru bagi rakyat Indonesia, karena pemilihan kepala desa sebagai cikal bakal telah tumbuh di kehidupan bermasyarakat jauh sebelum demokrasi didengungkan oleh berbagai pihak.

Sifat legowo dan arif telah ditunjukan oleh tokoh-tokoh politik. Pemilu dan pilpres, sejatinya merupakan kemenangan rakyat Indonesia yang telah dengan seksama dan cerdas berpartisipasi aktif dalam kesuksesan pemilu. Kini dengan hasil pemilu, pilpres serta 64 tahun kemerdekaan RI, menjadi modal untuk melangkah menciptakan kejayaan bangsa dan Negara. Bukan saatnya lagi saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Kebersamaan harus segera diciptakan demi membangun negeri.

Kemerdekaan bukanlah berarti kebebasan tanpa batas yang lebih mengutamakan adanya kebebasan individu. Tetapi kemerdekaan Indonesia adalah hasil jerih payah perjuangan seluruh bangsa Indonesia yang patriotik, sehingga kebersamaan merupakan titik sentral yang menjadi arah setiap individu sebagai warga negara berkiprah demi kemajuan bangsa.

Karena bangsa ini menunggu seluruh komponen bangsa untuk menuntaskan ketertinggalan dan menggapai cita-cita luhur founding fathers yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Setelah kemerdekaan, tanggal 21 Agustus, umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1430 H. Puasa bermakna mengosongkan lahir dan bathin, serta menjadi momentum semua bangsa untuk merefleksi diri secara vertikal kepada sang Khalik dan melapangkan dada dengan menghargai serta banyak memberi manfaat kepada sesama.

Bukankah, hakekat puasa itu tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, serrta mengendalikan hawa nafsu? Tetapi secara makro puasa dapat membentuk manusia berkualitas: bertaqwa, berdisiplin tinggi, jujur dan sabar serta berfikir positif dalam menghadapi persoalan hidup.

Jika kesimbangan antar lahir dan bathin dalam kerangka mengisi kemerdekaan dilaksanakan dengan sepenuh jiwa. Niscaya tidak akan ditemukan lagi perilaku yang hanya mementingkan diri sendiri dan golongan. Karena kesejahteraan seluruh diri – warga negara – adalah cita yang secara implisit termaktub dalam puasa dan kemerdekaan.

Momentum puasa dan kemerdekaan ini, menjadi media meningkatkan kemampuan diri, kesucian hati dan menebar kedamaian untuk seluruh umat. Puasa juga bermakna memerdekakan diri dari perbuatan-perbuatan yang kurang terpuji terhadap sesama, dan sebagai upaya membaktikan diri untuk kesejahteraan bangsa, demi kejayaan Indonesia yang lebih bermartabat.
Selengkapnya...

AKSI BUDAYA

Nasib Reog Ponorogo tidak sehebat tari Pendet. Walau sama-sama bernilai mistik, namun tari pendet begitu diklaim dalam iklan visit Malaysia sebagai bagian budaya negeri jiran. Langsung mendapat dukungan dan reaksi yang memancing amarah, dengan sweeping warga Malaysia.



Aksi sweeping, baik diorganisir atau tidak merupakan bagian dari reaksi atas ketidak berdayaan pemerintahan yang menganggap biasa klaim Malaysia dan perlawanan atas kepongahan negeri jiran itu. Sejatinya pemerintahlah yang harus melakukan counter terhadap kesewenangan pemerintahan Malaysia.

Sekali lagi, identitas negeri ini akan pudar seiring dengan masuknya budaya asing yang terus menggerus kehidupan lewat media elektronik di ruang keluarga. Apalagi negeri ini sudah diporak poranda oleh kepentingan ekonomi asing melalui LSM (yang menjadi mitra NGO), pengusaha, cukong dan anggota legislatif yang tanpa sadar memperjualbelikan undang-undang untuk memuluskan kepentingan luar negeri baik dalam ranah budaya, pertahanan dan ekonomi. Apa reaksi masyarakat, terutama cerdik cendikia Indonesia melihat gelagat bangsa yang akan hilang jati dirinya ini???

Keberhasilan batik diakui UNESCO sebagai budaya asli Indonesia, harusnya menjadi pelajaran bahwa pemerintah dapat menggerakan seluruh potensi untuk menguatkan kembali identitas bangsa ini. Aksi Malaysia dengan mencaplok reog ponorogo, sipadan, Ligitan dan upaya luar yang akan menjadikan bangsa ini sebagai rakyat atau Negara konsumen yang hanya menjadi objek pasar harus menggugah kesadaran kebangsaan. Apakah negeri ini tetap menjadi negeri penonton dan objek?

Seluruh komponen negeri ini harus segera bereaksi atas aksi-aksi yang akan memperlemah budaya, politik dan ekonomi Indonesia. Dan Pemerintah sebagai pelaku utama segera sadar dan melakukan penguatan identitas, lihatlah Malaysia di tengah keberhasilannya mereka menguatkan kembali identitas bangsanya walau harus dengan mencuri.

Bagaimana Indonesia? Penguatan ekonomi tidak terkejar, identitas semakin luntur, politik luar negeri dan pertahanan bisa lemah… Ayo bangkit, bersatu, untuk kemandirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lebih bermartabat…
Selengkapnya...

Rabu, 26 Agustus 2009

8-8

Teroris adalah kejahatan yang mengancam terhadap keamanan dan pertahanan Negara. Lingkup teroris bukan saja kejahatan kriminal biasa yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, tetapi merupakan kejahatan yang mengancam terhadap pertahanan Negara.


Penyerbuan Temanggung (Jawa Tengah) dan Jatiasih (Bekasi). Bukan saja menunjukan sebagai keberhasilan Polri dalam hal ini Densus 88, tetapi menyiratkan sejumlah tanya.
Penggerebekan mulai dilakukan pada Jumat (7/8/2009) malam hingga Sabtu (8/8/2009) dinihari. Di Temanggung polisi dengan 600 personel Densus 88 dengan senjata lengkap dan bom robotic, menyerbu dan menewaskan Ibrohim – buron bom Marriot. Awalnya dianggap Noordin M Top, akhirnya diketahui seorang Ibrohim - buron pelaku bom di kedubes Australia.
Sementara di Jatiasih (Bekasi), polisi menembak dua orang penghuni rumah itu yang mencoba kabur. Polisi melumpuhkan 2 pelaku, Air Setyawan dan Eko Peyang, yang diduga sebagai jaringan Noordin M Top. Dengan barang bukti darah di jok belakang mobil jenis Daihatsu Xenia warna merah AD 9324 DO dan pick up terbuka Mitsubishi.
Saya menyaksikan langsung. Ini pun setelah mendapat telepon dari seorang perwira Polri pada pukul 02.30 WIB, yang menginformasikan Kapolri sudah berada di TKP. Tetapi penangkapan sudah dilakukan. Begitu sampai di TKP, anggota Densus 88 sibuk menyisir lokasi.
Sekitar pukul 4.00 Wib, Kapolri melaksanakan press conference. Menyatakan bahwa pelaku yang ditangkap adalah Air Setyawan dan Eko Peyang, buron bom Kuningan. Keduanya mati setelah ditembak anggota Densus 88, setelah sebelumnya melakukan perlawanan.
Penangkapan di Temanggung dan Jatiasih dilakukan pada waktu yang sama yakni Jumat 7-8-2009 dan berakhir pada Sabtu, 8-8-2009. Negeri ini selalu percaya dengan mistik angka. 17-8-45, hari proklamasi memiliki makna mistis di hati Soekarno, 1808 kamar pelaku bom juga diutak atik dengan angka; apakah berkaitan dengan Penetapan Pembukaan UUD 1945 oleh PPKI yang menyiratkan dan menghapus sila 1, “Ketuhanan yang Maha Esa, dengan menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya”.
Namun yang jelas 8-8, saat penangkapan teroris besar-besaran oleh Densus 88 merupakan kejadian luar biasa yang diekspos media tentang keberhasilan penangkapan dengan pasukan terbanyak dan hanya menangkap 3 orang pelaku itupun mati semua.
Makna 8-8, itu mungkin hanya Tuhan yang tahu.
Selengkapnya...

Ada Apa Dengan Kita

Ada apa dengan Malaysia era 2000-an ini. Pasca kepemimpinan Mahatir Muhammad yang sukses dengan menjadikan negeri kuat dalam ekonomi. Kini, kepemimpinannya lebih menohok dengan penguatan budaya. Hingga budaya tetangga dijadikan dan ditetapkan sebagai budaya nasionalnya.



Setelah Reog Ponorogo diklaim sebagai kebudayaan asli Malaysia. Dan mengakui lagu Rasa Sayange dari Maluku, Kerajinan Batik, Reog Ponorogo, Kuda Lumping dan Angklung. Kini dengan promosi pariwisata dalam bentuk iklan memamerkan tari Pendet Bali sebagai salah satu daya tarik wisatanya.
Alih-alih sebagai bahasa promosi. Namun yang harus dicermati adalah ada sebuah pergeseran yang sangat tajam dalam penguatan identitas negeri jiran itu, di tengah rakyat dan pemerintah Indonesia yang sedang bergelut dengan masalah sosial dan politik. Belum lagi persoalan dengan bomber menakutkan sang alligator Noordin M Top dan Azhari (yang keduanya berasal dari Malaysia).
Yang menyedihkan lagi, saat sidang rutin tahunan DPR RI jelang tanggal 17 Agustus 2009. Pada saat Presiden datang, dinyanyikan lagu mengheningkan cipta. Tidak ada lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan. Walau diakui Ketua DPR RI, Agung Laksono sebagai kesalahan protokol. Tetapi sebagai agenda nasional dan acara kenegaraan sekelas DPR RI yang ditayangkan secara langsung melalui televisi nasional, harus luput?
Menanggapi klaim Malaysia, reaksi pemerintah dan warga Indonesia hanya biasa saja? Apakah rasa memiliki budaya dan nasionalisme warga Indonesia sudah berkurang? Atau kita memang tidak perlu identitas lagi?
Sejatinya, kondisi ini menyadarkan kaum intelektual, budayawan, pemerintah dan anggota legsilatif serta seluruh rakyat indonesia. Bahwa apakah negeri ini hanya cukup merasa bahagia dan senang di hati, tanpa harus mengekspos identitas kebanggaan bangsa.
Kaum intelektual khususnya bidang seni dan budaya, seharusnya segera melakukan inventarisasi kesenian dan budaya yang menjadi ciri khas – identitas budaya bangsa. Dan sesegera mungkin memberikan kembali pelajaran tentang macam-macam seni budaya di sekolah-sekolah dari SD hingga SLTA. Apakah untuk nasionalisme dan keutuhan bangsa ini, dana selalu menjadi masalah?
Selengkapnya...

Jumat, 21 Agustus 2009

Bukan Sekedar Merdeka

“Dunia ini bagai panggung sandiwara” demikian bait lagu “Panggung Kehidupan” God Bless. Berbeda dengan skenario sinetron yang menjemukan dan kurang memiliki nilai-nilai moral, malah mendidik konsumtif dan hedonis. Skenario hidup Mbah Surip dan Rendra memberi makna.


Kemerdekaan hakiki ternyata telah dinikmati oleh Mbah Surip, penyanyi yang pernah menggelandang dan hidup dari jalanan dengan mengamen itu telah bebas ‘merdeka’ dari beban yang selama 63 tahun dinikmatinya. Tak ada derita maupun sesal dalam dirinya.
Kualitas spiritual Mbah Surip begitu jumawa. Kecerdasan moral, ketulusan dan kejujuran begitu tampak dari wajah polos beliau. Banyak sedekah dalam harta dan jiwa kepada teman seniman dan lingkungan di mana Mbah Surip pernah menggelandang adalah kekuatan dalam kehidupan sosialnya. Harta bukan sebagai dewa dalam kehidupannya, kekuatan moral yang tinggi dalam kesuksesannya. Niat baik dan berpikir positif terhadap semua orang, adalah sikap beliau yang sering diceriterakan sahabatnya.
Skenario Tuhan telah memberi jalan yang begitu indah bagi hidupnya. Di puncak kejayaannya, Mbah Surip hanya menikmati selama 3 bulan kesuksesannya – April sampai Agustus 2009 – Tuhan telah memanggilnya. Senyum dan bagai orang sedang tertidur sambil tersenyum tampak dalam badan terbujur kaku jenazahnya.
Begitu pula dengan Mas Willy, Rendra Sang Burung Merak yang meninggal 2 hari setelah Mbah Surip. Itulah skenario yang indah dari Tuhan, yang mungkin bisa dipetik oleh kita, tentang kesahajaan hidup dan jiwa berkorban buat orang lain. Menghibur, menyenangkan orang lain dan memberi warna kehidupan bagi orang lain. Walau dirinya menderita, tetapi kebahagiaan dan suara hati manusia bagi keduanya harus dikabarkan.
Kesahajaan Mbah Surip mungkin telah mencerminkan sisi kesederhanaan orang Indonesia asli. Senyum, santun, tahan akan penderitaan dan berjuang terus merupakan laku hidup sebagian masyarakat Indonesia.
Namun kesederhanaan dan sikap santun warga Indonesia telah dimanfaatkan orang-orang tidak bertanggung jawab dengan ‘mengamankan’ dirinya di sekitar kehidupan masyarakat Indonesia yang ramah. Warga pun tanpa curiga menerima kehadiran para pelaku teror, walau banyak perilaku yang ‘aneh’. Sehingga mereka dibuat kaget, ketika terjadi penangkapan di tetangga, atau komplek perumahannya. Bahkan Noordin M Top dan jaringannya telah menyihir sebagian pemuda untuk direkrut melakukan ‘jihad’ yang bukan pada tempatnya.
6 tahun, dari 2003 hingga 2009. Masyarakat sudah disilapkan matanya oleh gerakan Noordin M Top and gang berkeliaran dari rumah satu ke rumah lainnya. Sehingga perburuan terhadap dirinya selalu gagal, dan menghasilkan berita teror yang menakutkan karena masih bebas dan suatu saat dapat menjalankan aksinya lagi.
Perburuan Noordin M Top yang di Temanggung dan Bekasi pun menghenyak warga sekitarnya setelah beberapa media memberitakannya. Hampir semua media memberitakan penangkapan yang menghebohkan itu. Di Temanggung yang semula berita mengabarkan Noordin M Top tewas dikepung ternyata hanya Ibrohim, seorang ‘pengantin’ bom. Di Jati Asih Bekasi, media memberitakan tentang temuan polisi berkaitan dengan skenario pemboman rumah Presiden dan istana yang akan dilakukan para teroris. Warga di sekitar tempat kejadian pun seolah baru tersadar, bahwa di sebelahnya ada sarang pembunuh.
17 Agustus sebagai hari kemerdekaan pun telah memberi makna yang sangat dalam, bahwa meraih kemerdekan itu mengorbankan jiwa raga untuk seluruh warga bangsa, bukan untuk sebagian golongan. Para pejuang dan pahlawan kemerdekaan itu telah menyerahkan nyawanya untuk kemerdekaan seluruh negeri Indonesia.
Jasanya terkenang dan berkesan dalam sanubari anak bangsa. Tinta emas telah mengisahkan perjuangan dalam perang dan diplomasi merebut kemerdekaan. Heroisme dan buah fikiran cerdas berkaitan dengan negeri ini sebagai hasil karya para pemikir bangsa pun tertuang dalam berbagai buku. Bukankah ada peribahasa bahwa harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan amal perbuatan.
Hidup adalah pilihan. Kita mau dikenang karena kebaikan kita atau dikenang atas keburukan dan kejahatan yang kita lakukan. Karena sejatinya skenario hidup itu misteri, ada yang meninggal dengan kondisi tersenyum. Ada juga orang yang tewas mengenaskan dengan tembusan peluru dan dikepung puluhan aparat. Semua itu pilihan. Namun alangkah indahnya jika kehidupan dunia ini diisi dengan kebaikan dan kesahajaan hidup yang bermakna buat diri dan masyarakat. Bukankah hidup ini harus bermanfaat buat orang lain dan memberi kedamaian buat sesama?

Selengkapnya...

MEMBANGUN SPIRIT KEMERDEKAKAN KAUM MUDA

Proklamasi kemerdekaan RI 1945, tidak terlepas dari gelora kaum muda – Sukarni, Adam Malik, Sayuti Melik dan lainnya – mendorong Soekarno-Hatta, Sang Proklamator, untuk segera memerdekakan Indonesia, tanpa harus menunggu hadiah Jepang.


Kita tentu menyadari bahwa, proklamasi kemerdekaan bukanlah warisan atau pun hadiah untuk pemuda masa kini. Bukan pula hanya diperlakukan sebagai dokumen kuno yang disimpan di museum untuk dipajang. Proklamasi kemerdekaan merupakan amanah sejarah yang harus diemban kaum muda, untuk dipertahankan dan diwujudkan dalam tindakan nyata membangun bangsa Indonesia.
Kiprah generasi muda dalam perjuangan bangsa – dari sumpah pemuda, proklamasi dan kiprah pemuda lainnya dalam perjalanan bangsa ini. Sejatinya menjadi sumber inspirasi, spirit dan idola perjuangan kaum muda, di tengah krisis idola dan kepemimpinan untuk berjuang menciptakan hakikat bangsa-negara merdeka. Dan, perjuangan itu tak boleh berhenti dan harus terus berjalan tanpa batas demi kejayaan dan martabat Indonesia Raya.
Bahkan kemerdekaan yang diperjuangkan itu, hakikatnya merupakan spirit kaum muda untuk meraih dan menegakkan hak-hak dasar kemanusiaan universal dalam konteks warga negara dalam sebuah bangsa.
Intinya, perjuangan kaum muda dalam lintasan sejarah itu harus menjadi spirit kaum muda dalam upaya meraih martabat sebagai manusia utuh dan paripurna, cita kebebasan, kemerdekaan, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk bebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Spirit dan cita itu akan tertanam terus dalam jiwa kaum muda dan tidak akan pernah berhenti.
Spirit Merdeka Kaum Muda
Gelora proklamasi bagi kaum muda. Bukan perjuangan dan gerakan milik pribadi ataupun golongannya saja. Apa yang disuarakan pemuda saat ini dengan berbagai aspirasi dan gerakannya, tak mudah mendapatkan legitimasi sebagai merepresentasikan aspirasi warga bangsa. Bahkan, saat aspirasi dan gerakan pemuda, termasuk di dalamnya mahasiswa, mengemuka dalam bentuk aksi maupun gerakan, tak lagi dipandang sebagai aspirasi kolektif kaum muda.
Pemuda dan lembaga kepemudaan tengah mengalami polarisasi, terkotak, terpecah dan terjadi pelemahan di berbagai lini. Bahkan, jika berkaca pada masa Orde Baru, gerakan kaum muda sering dijerat subversif, makar dan ancaman laten. Ini tantangan serius, sekaligus ancaman laten yang menggambarkan lumpuhnya aspirasi rakyat, khususnya kaum muda terhadap monopoli peran penguasa dan kendali hegemoni pengusaha yang merekayasa kehidupan bangsa kita.
Spirit dan cita perjuangan akan penjajahan serta merdeka dalam segala bentuk kehidupan itulah yang menjadi tujuan bersama perjuangan pemuda yang abadi. Dan segala bentuk yang akan melanggengkan penjajahan, merupakan musuh bersama gerakan kaum muda. Tak peduli akan berhadapan dengan siapapun. Jika dulu berhadapan dengan penjajahan fisik kolonialisme, saat ini mungkin berhadapan dengan musuh bersama dari sesama warga bangsa dan bahkan pemimpin yang tidak berpihak pada kepentingan bangsa dan negara, atau tidak memberi ruang ekspresi dan mengekang berpartisipasinya kaum muda dalam pembangunan sebagai generasi bangsa.

Dengan demikian, musuh utama perjuangan kaum muda bukanlah orang per orang, melainkan segala penentang dan pengkhianatan nilai-nilai kemanusiaan universal yang tertuang dalam spirit pembukaan UUD 1945. Jika pun ada, dalam kontek posisi jabatan publik dan pemegang mandat formal dalam sistem kenegaraan. Melakukan perlawanan pun masih dalam spirit kontrol dan pengawasan terhadap kinerja setiap jabatan publik yang memang harus dipertanggung jawabkan kepada rakyat. Dengan demikian, kritik dan sikap oposisi sekalipun bukan hanya didasarkan atas like and dislike, atau atas kepentingan partisan politis saja, tetapi sebagai kritik membangun bersama dalam konteks demokratisasi dan kemajuan bangsa.
Selengkapnya...

Selasa, 05 Mei 2009

Makna Kawan

Kawan biasa, kawan hanya biasa-biasa saja
Kawan karib, kawan yang sangat dekat
Kawan bisnis, kawan yang hanya mendekat karena urusan usaha saja, ketika usahanya sudah tidak ada maka ditinggal
Kawan sejati, kawan yang selalu ada saat duka dan bahagia. Tak kenal dengan segala kondisi apa pun…
Kawan kawin, kawan yang baru saja kawin
Selengkapnya...

Minggu, 03 Mei 2009

Sang Pendobrak Kemenangan

Euforia reformasi masih terasa di mana-mana. Genderang kran kebebasan telah ditabuh, walau masih banyak yang kebablasan menyikapinya. Media menyajikan informasi secara gamblang dan telanjang, politisi saling menghujat, dan rakyat hidup tanpa arah. 12 Februari 1999, Sang pendobrak untuk kemenangan telah datang.


Jelang hari Valentine yang asal muasalnya dari Katolik Roma dan tradisi Roma kuno, sebagai hari peringatan kematian Santo Valentine yang dipenggal pada tanggal 14 Februari 270 M karena mendobrak tradisi kerajaan Romawi yang melarang para prajurit menikah. Walau sebagian kaum muslim melarang memperingatinya, namun hikmah terbesar adalah dengan nurani dan naluri kemanusiaannya, Valentine telah melakukan perubahan dan perlawanan terhadap Raja Romawi Claudius II yang dengan semena-mena memberangus hak asasi manusia.

Kasih sayang adalah hak asasi setiap manusia, sifat ini merupakan sifat kudrati yang dimiliki sang Khalik. Dengan Rahman dan Rahiem-Nya, Allah menciptakan alam dan seisi ini untuk manusia. Dan dengan Maha Kasih dan Maha Sayang-Nya, sang Khalik mengutus para nabi untuk memberi terang dalam hidup, dan menjadi pedoman kehidupan manusia di muka bumi.

Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya pula, Sang Penguasa Hidup memberi kemudahan sang rembulan, yang baru pulang kantor dan menumpang mercy sang bos Korea, Mr. Kong, dengan ketuban pecah dan mengalir di kursi empuk mobil sang bos, tak tahu air apa dan tak mengerti kenapa mengalir deras.

Sementara sang mentari masih menyelinap di antara bising kota Jakarta dan mencari hidup dalam pangkuan sore hari. Jelang malam pukul 20.00 WIB, baru sampai di kerumunan terminal Balaraja, Tangerang – Banten. Mendadak membeli jagung, makanan kami orang kampung untuk bulan dan mentari, namun pedagang malah memberi tiga. Aku tak tahu pertanda apa… namun begitu sampai tidak ada sapa rembulan, hanya kapas terserak di seluruh ruang dan waktu.. kosong…

Dalam kepanikan, terdengar suara lirih sang penolong. Bahwa rembulan telah dibawa ke tempat pertolongan, tanpa basa basi ku kejar, dan rembulan tergelatak dalam kesakitan dan kebimbangan. Hanya sang khalik yang disebutnya, dengan tangan kanan Al-quran dan tasbih di tangan kiri mengiringinya. “Mati sekarang adalah syahid dunia”

Kupasrahkan hidup dan kehinaan diri ini pada sang Khalik. Jelang adzan subuh, di tengah kumandang ayat-ayat suci, lahir sang pendobrak hidup untuk meraih kemenangan, dengan panjang 49 cm dan 2,9 kg. AZNIEL FACHREZY ELFATH (Penyeru dan pengharap kebaikan untuk kemenangan) lahir di awal kehidupan negeri yang baru terlahir lagi paska reformasi 1998.

Sang penyeru datang dari ilham yang tidak diketahui wujudnya, terdengar di tengah bising laju bis AKAP. Semoga lahirnya membawa awal kemenangan dan menjadi pejuang dan pendobrak kecongkakan dunia, dan memberi harapan semua orang.. seperti Khalid bin Walid, Ali Syariati, Khomeini… amin
Selengkapnya...

Minggu, 26 April 2009

Mentari di Pentas Kehidupan

Pemilu 2009 sebagai Pesta rakyat telah usai, namun sisa-sisanya masih berantakan. Genderang peringatan Kartini 21 April, sebagai wanita pendobrak tradisi feodal dan pejuang emansipasi wanita telah dilewati. 23 April Mentari lahir di tengah haru biru dan kepenatan politik.


Sama dengan sang pendahulu, Mentari lahir dengan kuasa dan kemudahan sang Khalik. Vonis manusia yang menakutkan, ternyata tidak ada apa-apanya dibanding dengan kepastian dari Penguasa Kehidupan. Semua terlahir dengan berkah dan kemudahan.

Di pagi subuh yang panas, dan setelah kumandang azan menyapa kahadiran sang Khalik. Dikagetkan dengan keluarnya tanda-tanda kehidupan dari gua sang mentari. "Bangun, segera panggil kereta kencana untuk menjemput!" demikian titah sang ratu. Namun, kepiluan dan kekagetan tetap membahana dalam jiwa, antara menjemput kereta atau mencari apa? Bak bertawaf dan melakukan sai dalam berhaji, lari-lari kecil dalam panggilan sang Kuasa kehidupan dari Safa dan Marwah, begitu hina diri ini, begitu kecil badan ini. Tak punya apa-apa, tak bermakna..

Setelah kereta tiba, dalam keterasingan. Sendiri, tak berteman, sanak saudara, sahabat dan keluarga bagai jauh dari diri ini. Kembali hina diri ini, tak ada pertolongan dari manusia pun, hanya sang Khalik yang kusebut dalam jiwa. Begitu lemah, rapuh diri ini tak bertulang.

Pukul 6.00 sudah terjadi syair pembuka, lamat-lamat jiwa, menelusuri kegersangan jiwa. Sendiri, tak berteman, kawan, sahabat, keluarga tidak ada, disapa pun tak menjawab. Kembali hina diri ini, malu menyapa sang Khalik. Kerdil diri ini. Padahal jelas bahwa hanya kepada sang Khalik diri ini menggantung… akhirnya kupasrahkan semua kehidupan ini pada-NYA…

9.32 Wib saat mentari menjulang, dan di tengah denyut kota Jakarta, diantara lalu lalangnya manusia memulai rutinitas keseharian. 23 April 2009, Mentari lahir tanpa pengawalan sanak saudara, sahabat dan kawan. Hanya malaikat dan mungkin Sang Khalik memberi salam atas kehadiran-Nya. Kumandang azan dan iqamat menjemputnya, “Selamat Datang Kehidupan Baru” seperti firmannya “SALAMUN QAULA MIN RABBY RAHIEM” lahir sang mentari pagi, gadis mungil 3,2 kg dan 50 cm ALVINA AURELLIA ELFATH , sahabat yang akan memakmurkan untuk meraih kemenangan.

Seluruh jagat akhirnya memberi salam…. Semoga menjadi penyemangat dan pembaharu kehidupan, serta penyejuk penatnya dunia… bagai Aisyah, Fatimah Azzahra, Adawiyah atau Hillary Clinton…. Doaku… Semoga
Selengkapnya...

Hati Semayam Kehidupan

Hati atau qalbu merupakan organ tubuh yang menentukan bersih atau kotor fikiran dan jiwa manusia. Sebab hati bagi tubuh manusia mempunyai fungsi penting seperti menyaring darah, menghilangkan racun dan menghasilkan faktor yang membantu darah membeku.


Hati atau dalam bahasa kesehatan sering disebut lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh. Beratnya sekitar 3 pound atau 1,3 kg. Letaknya berada di bagian atas sebelah kanan abdomen dan di bawah tulang rusuk. Organ hati yang cukup besar ini setara dengan fungsinya yang cukup berat.

Lebih dari 500 pekerjaan dilakukan oleh lever. Hati juga menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dalam situs Hepatitis Foundation International disebutkan, lever bertindak sebagai mesin tubuh, dapur, penyaring, pengolah makanan, pembuangan sampah, dan malaikat pelindung. Masalahnya, hati merupakan teman yang pendiam. Manakala ada sesuatu yang salah, ia tidak mengeluh hingga terjadi kerusakan lebih jauh.

Begitulah fungsi hati, makanya tidak salah nabi Muhammad SAW bersabda bahwa hati itu penentu jiwa manusia. Jika ia baik maka baiklah hati itu, begitu sebaliknya jika rusak maka rusaklah hati kita. Atau selengkapnya sabda tersebut “Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal organ, bila ia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu. Dan bila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Organ itu adalah hati atau qolbun"(HR Bukhari dan Muslim).

Maka dalam hidup ini mestinya kita menjaga hati, dalam hati sanubari segala bentuk kehidupan itu tertanam. Jagalah hati dari penyakit iri, dengki, dan segala yang membuat hati ini tidak bermakna. Renungkanlah Firman Allah SWT "Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada" (QS AL-Haj{22}:46).

Mimik, lidah, gerak-gerik dan perbuatan bisa berbohong. Tetapi dalam hati terdalam pasti ada sebuah kebenaran, yang sangat berbeda dengan tampilan di permukaan kita. Hatilah intisari kebenaran. Untuk itu HATI-hatilah dengan HATI.
Selengkapnya...

Jumat, 17 April 2009

Pemilu Gila, Gila Pemilu

Pemilu 2009 disinyalir oleh para tokoh nasional adalah pemilu terburuk dan kacau. Karena selain persoalan partisipasi politik yang rendah akibat DPT bermasalah di seluruh daerah se-Indonesia juga karena susahnya pemilih membuka kartu suara saking lebarnya (kaya koran) dan diikuti oleh 43 partai dan ratusan caleg, hingga menyusahkan orang untuk mencontreng partai dan caleg pilihannya.


Ternyata setelah mendapat informasi dari koran dan televisi, banyak caleg yang gila. Menyumbang karpet ke mesjid lalu memintanya kembali karena suara di sekitar mesjid tersebut kalah, ada yang telanjang dan teriak-teriak, ada yang meminta mengembalikan uang yang telah disumbangkan.

Belum terhitung caleg yang masuk rumah sakit akibat jantung, drop badannya. Bahkan yang mengerikan caleg mati gantung diri dan mati mendadak setelah melihat di TPS suaranya Cuma 8.

Selain para caleg, ternyata kegilaan itu juga menular pada para tim sukses. Namun kadar gila tim sukses ini tidak segila para caleg. Kalau caleg banyak gila beneran, sedang tim sukses ini gila waktu, gila kerja dan gila-gilaan... Para tim sukses, berhari-hari meninggalkan anak isteri dan ngekos di posko atau center-center. Banyak tim sukses yang berantem dengan istrinya, dan berantakan rumah tangganya. Karena terlalu lama di lapangan, waktu untuk anak isteri tersita. Namun masih untung para tim sukses ini masih ingat jalan pulang, dan wajah isterinya.

“Memang pemilu 2009 ini gila” kata Arman penjaga warung tempat kongkow kami. Kenapa tanyaku, “karena menghasilkan banyak caleg gila, yang tidak menerima kekalahan”

Selengkapnya...

Burung Kejepit

Saking halusnya seorang isteri yang meminta uang kepada suaminya. Maka si isteri berpantun:

Isteri : Burung pipit makan kedondong. Minta duit doong
Suami : Burung pipit makan kedondong. Burungku dijepit dulu dooong.
Selengkapnya...

Gelembung Kursi

Bak anak kecil, para caleg dalam pemilu 2009, ternyata senang bermain gelembung. Mainan air gelembung yang terbuat dari air sabun, dan biasa ditiup anak-anak kecil ternyata mengasyikan dan dari sekali tiup muncullah puluhan gelembung kecil dan besar menghiasi udara, dan hilang begitu saja.


Berbeda dengan anak-anak. Para caleg bermain gelembung untuk mengangkat suaranya yang jeblok, dan mengatrol jadi bertambah. Biasanya permainan ini dilakukan dengan calo-calo politik sebagai operator lapangan dan petugas pelaksana pemilu yang terdiri dari petugas Tempat Pemungutan Suara (TPS), Panitia Pemilih Kecamatan (PPK) dan oknum pegawai KPU.

Permainan gelembung saat suara dihitung ini biasanya dilakukan oleh petugas PPK di tingkat kecamatan. Modusnya, caleg yang berambisi duduk di kursi dewan meminta ‘calo’ untuk mengatur permainan dengan petugas PPK atau meminta caleg dari partai kecil yang sudah tidak kuasa (pasti kalah) untuk melepas (menjual) suaranya kepada caleg yang masih punya harapan.

Hanya dengan handphone sebagai remote control-nya, semua dikendalikan dari satu titik menuju petugas PPK. Barulah petugas mencari celah partai atau caleg mana yang dikurangi dan dipindahkan kepada yang ‘mau membayar’. Aman untuk sementara.

Memang ini suatu permainan yang mengasyikan bagi para caleg yang gila kuasa, pandangannya dari pada gila beneran (stress) kaya caleg-caleg di beberapa daerah yang masuk rumah sakit jiwa atau pengobatan alternatif. Mending melakukan berbagai cara, yang penting tidak jadi gila. Tetapi jadi dewan, bisa menikmati berbagai fasilitasnya. Walau rugi dimuka, tapi untung kemudian. Itupun kalau tidak dicium atau bisa keluar dari jerat KPK..

Bermain gelembung suara ini biasanya juga dilakukan oleh para Ketua partai di suatu daerah, apalagi jika Ketua partai itu juga sebagai kepala daerah. Dengan kekuasaannya bisa memaksa KPU untuk merubah angka-angka suara. Sehingga keluar angka-angka baru dan tinggi, bak gelembung yang ditiup anak-anak.

Karut marut wajah politisi dan tingkah lakunya memang seperti anak kecil tidak berdosa. Jika ketahuan menyalahkan atau mengorbankan orang lain. “Aku gak tahu kenapa suaraku bisa berubah. Berarti kesalahan petugas penghitung” kilah caleg menyalahkan petugas lapangan yang merubah angkanya.

Jadi apa bedanya para caleg, saat penghitungan dan setelah jadi dewan? Tetap seperti ‘anak-anak’. Ingin menang sendiri, merengek untuk disuapi dan menginjak orang lain untuk kesenangan sendiri.
Selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

Jual Suara

Saat kampanye/pemilu: para caleg sibuk cari dan beli suara, tim jaga suara, relawan jual suara... si Billy kecil nangis kehabisan suara (tidak dikasih jajan ama bapaknya yang sibuk jadi tim sukses)... sementara banyak orang yang tidak punya suara. Selengkapnya...

Cek Sound

CALEG : de gimana suaraku di bawah? Tanya caleg pada relawan.
Relawan : wah.. bagus bang, aku dengar enak ko.. (sambil menunjukkan jempol dua)
CALEG : maksudnya???
Relawan : iye.. dari sound keluar bagus.
CALEG : Sompret...
Selengkapnya...

Lokalisasi Merugi

Hasil beberapa lembaga survey yang tidak berkualitas, bahwa pada tanggal 9 April saat Pemilu 2009 berlangsung. Beberapa lokalisasi seperti Saritem (Bandung), Sarkem (Yogyakarta) dan Doly (Surabaya) mengalami kerugian. Karena pada hari itu, tamu-tamu tidak pada NYOBLOS, malah mereka Cuma NYONTRENG doang.. Selengkapnya...

Golput dan Goltam

Santri bertanya sama kiyai tentang fatwa MUI, ”bahaya mana GOLPUT (golongan putih) dengan GOLTAM (golongan hitam, yang mencoret semua caleg dan partai)?” tanya santri lugu.
”bahayaan golput dooong, karena kalau golput pasti diisi oleh oknum penyelenggara pemilu” jawab kiyai tegas.
Selengkapnya...

Rakyat Bohongi Caleg

Pemilu 2009 telah memberikan pelajaran bagi tokoh dan para politisi di seluruh Indoensia. Bahwa politik itu berwarna abu-abu, tidak pasti dan tidak jelas.

Puluhan, ratusan bahkan milyaran rupiah yang digelontorkan untuk merayu rakyat agar memilihnya ternyata bukan jaminan. Rakyat terkadang punya pilihan sendiri, baik atas nama partai, kredibilitas caleg (baik, merakyat) bahkan tidak jelas pilihannya. Lembaga survey hanya bisa mengukur luarnya saja, tidak sampai ke jeroan otak para pemilih.

Pelajaran berharga adalah marilah ciptakan pemilu ke depan dengan pemilu visioner, artinya memilih caleg yang memiliki kredibilitas dan profesionalitas yang tinggi. Rakyat makin ke depan, makin cerdas dan lebih mudah mendapatkan informasi.

Hal ini juga dapat membuktikan bahwa uang bukan segalanya, siraman uang tidak menjamin mendapat kursi empuk dewan. Kalau tidak mau gila atau mati mendadak gara-gara hilangnya uang yang ditabur ke rakyat, hutang dimana-mana, seperti banyaknya caleg yang masuk rumah sakit jiwa dan bunuh diri pada pemilu 2009 ini.

Hehee.. ternyata saat pemilu, benar-benar pesta rakyat. Saat itu yang terjadi ”sini uangnya, pilihan terserah gue” atau kasarnya ”Gue menipu caleg, karena nanti setelah duduk jadi dewan. Mereka akan menipu rakyat”
Selengkapnya...

SBY, Presiden Ketujuh

Fenomena politik pasca Pemilu legislatif (pileg) 2009 semakin telanjang. Beberapa calon presiden (CAPRES) bersatu untuk menjadikan hasil pileg cacat dan terjadi kecurangan, atau sering disebut pemilu terburuk.


Pertemuan capres pada Rabu (14/4) di Jl. Teuku Umar di rumah kediaman Megawati (PDIP), diantaranya: Wiranto (Hanura), Prabowo (Gerindra), Rizal Ramli (Partai-partai kecil), Yusril Ihza Mahendra (PBB), serta Sultan Hamengku Buwono X yang didampingi dengan petinggi partai seperti MS. Kaban, dan Bursah Zarnubi. Juga diikuti tokoh nasional Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Semua Capres dan tokoh menyatakan akan melakukan perlawanan terhadap hasil Pileg, dengan alasan kekacauan DPT dan partisipasi Pemilu yang hanya 60 persen. “Pelaksanaan Pemilu 2009 adalah Pemilu terburuk sejak reformasi. Pemilu sangat jauh dari pemilu yang jujur, bermartabat, adil, dan demokratis” kata Wiranto.

Namun, di luar itu semua hasil Pemilu 2009 ini menunjukkan bahwa dominasi SBY dan partai Demokrat merupakan pemenang. SBY diprediksi akan menjadi Presiden ketujuh, atau menjadi pemenang presiden.

Karena dari kalkulasi lawan-lawannya, SBY dengan pasangan (Cawapres) siapa pun jika diadu dengan capres lain tetap akan menjadi pemenang. Adapun prediksi Capres 2009 adalah:

1. SBY & Sri Mulyani, alternatif SBY – JK
2. Megawati – Prabowo (Mega-Pro)
3. Wiranto – Rizal Ramli (Blok Perubahan)
4. JK – Wiranto (jika Golkar tetap ngotot Capres sendiri)

Keberhasilan Demokrat menjadi pemenang dengan 20 persen lebih, memberikan peluang lebih besar SBY untuk mengambil Cawapres pilihan sendiri. Dengan keberhasilan SBY melalui citra yang positif: berhasil dalam masa pemerintahan, dan tentara bersih merupakan keunggulan dan penentu kemenangan. Selain itu, asing juga lebih menerima SBY dibanding Capres lainnya.

Ini masih prediksi dan hitungan orang tanpa kalkulasi ilmiah, hanya berdasar pengamatan semata. Tetapi sekali lagi jika ingin memenangkan pertarungan pada Pilpres 2009 ini, Capres yang menjadi lawan SBY, harus membuat strategi dan model pencitraan yang hebat. Mungkin kalau itu dibuat baru, bisa mendongkrak kemenangan. Tapi belum pasti jadi pemenang.
Selengkapnya...

Senin, 13 April 2009

orang panik

Ciri-ciri orang panik dalam perang adalah:
1. Ingat Tuhan, karena perasaannya kematian sudah dekat
2. Tembakan mambabi buta
3. Lari dari kenyataan, berlari meninggalkan medan perang dengan ketakutan
4. Bunuh diri
5. Bunuh teman atau berteman dengan kecoa di pojokan... kaya anjing kurap
Selengkapnya...

Sabtu, 11 April 2009

Pemilu dan Sepakbola

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) atau Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilu Presiden diakui sebagai pesta demokrasi bagi rakyat Indonesia. Pilkada atau Pemilu sebagai bagian dari demokrasi berarti juga adalah sebuah permainan. Demokrasi yang berasal dari bahasa Yunani demos: rakyat, dan cratein/kratos: pemerintahan, mengandung makna pemerintahan rakyat. Sehingga dalam hal ini demokrasi berarti permainan dalam merebut kekuasaan, merebut hati rakyat. Bingkai demokrasi dalam pengertian luas adalah suara terbanyak.

Dalam ilmu politik, demokrasi dianggap sebagai salah satu indikator kemajuan peradaban suatu negara. Sehingga negara-negara barat (maju) memaksa semua negara berkembang untuk melakukan demokrasi, lihat Irak atau Quba yang dipaksa untuk melaksanakan demokrasi atau pemilihan langsung.

Dalam mencapai kekuasaan itulah terjadi sebuah game. Ada peraturan juga ada sanksi, apa bedanya dengan permainan sepak bola atau olah raga lainnya??

Permainan olah raga sepak bola adalah sebuah permainan untuk saling mengalahkan dengan menjebloskan gol terbanyak. Yang menjebloskan gol terbanyak berarti menang. Dalam permainan sepak bola, ada peraturan, ada wasit dan penjaga garis, ada strategi – permainan indah kaya goyang samba, atau strategi cantik ala Arsenal atau MU. Menang dalam permainan profesional adalah keharusan, namun jika kalah adalah nilai-nilai sportif yang dikedepankan. “mengakui kelebihan lawan, untuk introspeksi, dan memperbaharui strategi jika suatu saat lagi ketemu”

Namun, di Indonesia seperti halnya budaya sepak bola yang masih jauh dari profesional. Politik (Pemilu, red) juga sama saja. Kalah – menang ditanggapi dengan emosional dan saling menyalahkan, bukan dijadikan pelajaran atau pengalaman berharga.

Memang betul demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan sukses. Karena dari dulu Indonesia telah menjalankan Pemilu yang damai dan tertib, tahun 1955 yang diikuti banyak partai dan patron ideologi politik masih kental, Indonesia berhasil menjalankan pemilihan langsung dengan aman dan tertib. Apalagi kalau kita telusuri di perkampungan, di desa-desa sebelum ada kelurahan – pemilihan kepala desa selalu diselenggarakan dengan tertib. Artinya Pemilu di Indonesia sudah tidak aneh lagi, sudah biasa gitu lho..

Cuma, karena banyaknya orang berambisi atas kekuasaan. Pilkada atau Pemilu jadi dicederai oleh segelintir orang yang tidak mau mengakui kekalahan, dibuatlah situasi yang bermacam-macam. Pemilu sama seperti sepak bola di Indonesia, bermain dengan curang, main mata dengan wasit (pelaksana pemilu). Sehingga keindahan demokrasi sedikit tercemar.

Kunci semuanya adalah hati setiap pelaku politik tidak bersih, tulus untuk memperjuangkan rakyat. Mereka hanya mengejar sebuah kemenangan bukan menikmati permainan, atau bermain dengan seoptimal mungkin. Padahal kalau mau menyejahterakan atau memperjuangkan rakyat, bukan hanya melalui kuasa pemerintah daerah atau kuasa legislatif. Banyak cara yang bisa diberikan untuk menyejahterakan rakyat, coba biaya untuk iklan, cetak tools kampanye diupayakan untuk pemberdayaan masyarakat. Pasti lebih berguna dan berdaya daripada membuat sampah dan jalan-jalan kotor..
Selengkapnya...

Selasa, 07 April 2009

Bangunlah Pemuda Indonesia

Pemuda merupakan pewaris dan penentu masa depan bangsa. Hal ini telah ditunjukkan oleh generasi muda dan tercatat dalam tinta emas pada setiap babak perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sejak zaman pergerakan Budi Oetomo 1908, Ikrar Sumpah Pemuda 1928, terwujudnya Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, hingga era reformasi dan demokratisasi 1998, kaum muda selalu tampil terdepan menyelamatkan kehidupan bangsa Indonesia.

Bahkan jauh sebelum Indonesia terbentuk, pada masa keemasan kerajaan Majapahit. Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit, merupakan seorang pemuda yang mengikrarkan diri dalam “Sumpah Palapa” ingin mempersatukan suatu “nusantara”. Berbagai perubahan paradigama kebangsaan tidak terlepas dari peran para pemuda. Di sinilah peran pemuda, selalu memberikan karya yang terbaik untuk memajukan bangsa sesuai konteks keadaannya.

Dalam kehidupan global dan di tengah terjadinya dekonstruksi peta kekuatan dunia, saat ini Indonesia masih sibuk mencari jatidiri. era globalisasi budaya dan ekonomi, telah merapuhkan budaya lokal, tidak sedikit generasi muda yang tercerabut dari budaya dan tradisi asli bangsa Indonesia dan mengikuti trend budaya global yang individualistis, materialistis, hedonis dan berkiblat ke barat.

Memasuki tahun 2009, krisis ekonomi global yang diawali dengan runtuhnya sendi-sendi ekonomi Amerika telah memengaruhi kondisi ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Rupiah anjlok ke angka terendah semenjak Maret 2001, yaitu Rp 12.190, sementara IHSG kembali tergelincir 9,5 poin (0,8%) ke titik 1.180,35. Bahkan BPS per Maret 2008 telah mendata bahwa hampir 34,96 juta orang penduduk Indonesia tergolong miskin. Maka jika badai krisis finansial global tidak segera mereda PHK massal tinggal menunggu waktu, dan angka kemiskinan pun akan berlipat.

Di sisi lain, kekayaan alam Indonesia yang berlimpah. Hutan Indonesia adalah hutan yang sangat kaya keanekaragaman hayatinya, beberapa tahun terakhir terjadi penebangan pepohonan besar-besaran dan serentak di hutan maupun di perkebunan baik secara legal maupun illegal (penjarahan). Akibatnya terjadi perubahan iklim, bencana alam banjir dan erosi menimpa rakyat di berbagai pelosok Indonesia.

Begitu pula dengan kekayaan sumber energi minyak mentah, Indonesia sebagai Negara sumber tambang terbesar. Sejatinya rakyat dapat menikmati bahan bakar yang mudah dan murah. Namun kenyataannya, berbagai krisis harga bahan bakar minyak dan antrian panjang rakyat menanti BBM sudah menjadi suguhan berita yang selalu menghiasi media cetak maupun elektronik.

Realitas tersebut harusnya menjadikan refleksi bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum muda untuk segera bangkit, bersatu dan membangun kemandirian bangsa. Guna mencapai kondisi tersebut, maka seluruh komponen pemuda dituntut memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempresentasikan dan mengimplementasikan tujuannya kepada rakyat dalam upaya mentransformasikan tujuan tersebut menjadi tujuan segenap entitas bangsa yang akan mewujudkan tindakan kolektif dalam pencapaian Indonesia Raya.

Selain itu, kaum muda Indonesia harus segera berbenah diri dengan meningkatkan kemampuan, keahlian, keterampilan dan kualitas diri agar mampu bersaing dengan sumber daya manusia belahan dunia. Sehingga pemuda Indonesia dapat menjadi tuan di negerinya sendiri dan mampu berkompetisi dengan dunia luar.

Jadi bangunlah pemuda Indonesia, bersatu untuk Indonesia lebih jaya
Selengkapnya...