Rabu, 26 Agustus 2009

Ada Apa Dengan Kita

Ada apa dengan Malaysia era 2000-an ini. Pasca kepemimpinan Mahatir Muhammad yang sukses dengan menjadikan negeri kuat dalam ekonomi. Kini, kepemimpinannya lebih menohok dengan penguatan budaya. Hingga budaya tetangga dijadikan dan ditetapkan sebagai budaya nasionalnya.



Setelah Reog Ponorogo diklaim sebagai kebudayaan asli Malaysia. Dan mengakui lagu Rasa Sayange dari Maluku, Kerajinan Batik, Reog Ponorogo, Kuda Lumping dan Angklung. Kini dengan promosi pariwisata dalam bentuk iklan memamerkan tari Pendet Bali sebagai salah satu daya tarik wisatanya.
Alih-alih sebagai bahasa promosi. Namun yang harus dicermati adalah ada sebuah pergeseran yang sangat tajam dalam penguatan identitas negeri jiran itu, di tengah rakyat dan pemerintah Indonesia yang sedang bergelut dengan masalah sosial dan politik. Belum lagi persoalan dengan bomber menakutkan sang alligator Noordin M Top dan Azhari (yang keduanya berasal dari Malaysia).
Yang menyedihkan lagi, saat sidang rutin tahunan DPR RI jelang tanggal 17 Agustus 2009. Pada saat Presiden datang, dinyanyikan lagu mengheningkan cipta. Tidak ada lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan. Walau diakui Ketua DPR RI, Agung Laksono sebagai kesalahan protokol. Tetapi sebagai agenda nasional dan acara kenegaraan sekelas DPR RI yang ditayangkan secara langsung melalui televisi nasional, harus luput?
Menanggapi klaim Malaysia, reaksi pemerintah dan warga Indonesia hanya biasa saja? Apakah rasa memiliki budaya dan nasionalisme warga Indonesia sudah berkurang? Atau kita memang tidak perlu identitas lagi?
Sejatinya, kondisi ini menyadarkan kaum intelektual, budayawan, pemerintah dan anggota legsilatif serta seluruh rakyat indonesia. Bahwa apakah negeri ini hanya cukup merasa bahagia dan senang di hati, tanpa harus mengekspos identitas kebanggaan bangsa.
Kaum intelektual khususnya bidang seni dan budaya, seharusnya segera melakukan inventarisasi kesenian dan budaya yang menjadi ciri khas – identitas budaya bangsa. Dan sesegera mungkin memberikan kembali pelajaran tentang macam-macam seni budaya di sekolah-sekolah dari SD hingga SLTA. Apakah untuk nasionalisme dan keutuhan bangsa ini, dana selalu menjadi masalah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar