Proklamasi kemerdekaan RI 1945, tidak terlepas dari gelora kaum muda – Sukarni, Adam Malik, Sayuti Melik dan lainnya – mendorong Soekarno-Hatta, Sang Proklamator, untuk segera memerdekakan Indonesia, tanpa harus menunggu hadiah Jepang.
Kita tentu menyadari bahwa, proklamasi kemerdekaan bukanlah warisan atau pun hadiah untuk pemuda masa kini. Bukan pula hanya diperlakukan sebagai dokumen kuno yang disimpan di museum untuk dipajang. Proklamasi kemerdekaan merupakan amanah sejarah yang harus diemban kaum muda, untuk dipertahankan dan diwujudkan dalam tindakan nyata membangun bangsa Indonesia.
Kiprah generasi muda dalam perjuangan bangsa – dari sumpah pemuda, proklamasi dan kiprah pemuda lainnya dalam perjalanan bangsa ini. Sejatinya menjadi sumber inspirasi, spirit dan idola perjuangan kaum muda, di tengah krisis idola dan kepemimpinan untuk berjuang menciptakan hakikat bangsa-negara merdeka. Dan, perjuangan itu tak boleh berhenti dan harus terus berjalan tanpa batas demi kejayaan dan martabat Indonesia Raya.
Bahkan kemerdekaan yang diperjuangkan itu, hakikatnya merupakan spirit kaum muda untuk meraih dan menegakkan hak-hak dasar kemanusiaan universal dalam konteks warga negara dalam sebuah bangsa.
Intinya, perjuangan kaum muda dalam lintasan sejarah itu harus menjadi spirit kaum muda dalam upaya meraih martabat sebagai manusia utuh dan paripurna, cita kebebasan, kemerdekaan, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk bebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Spirit dan cita itu akan tertanam terus dalam jiwa kaum muda dan tidak akan pernah berhenti.
Spirit Merdeka Kaum Muda
Gelora proklamasi bagi kaum muda. Bukan perjuangan dan gerakan milik pribadi ataupun golongannya saja. Apa yang disuarakan pemuda saat ini dengan berbagai aspirasi dan gerakannya, tak mudah mendapatkan legitimasi sebagai merepresentasikan aspirasi warga bangsa. Bahkan, saat aspirasi dan gerakan pemuda, termasuk di dalamnya mahasiswa, mengemuka dalam bentuk aksi maupun gerakan, tak lagi dipandang sebagai aspirasi kolektif kaum muda.
Pemuda dan lembaga kepemudaan tengah mengalami polarisasi, terkotak, terpecah dan terjadi pelemahan di berbagai lini. Bahkan, jika berkaca pada masa Orde Baru, gerakan kaum muda sering dijerat subversif, makar dan ancaman laten. Ini tantangan serius, sekaligus ancaman laten yang menggambarkan lumpuhnya aspirasi rakyat, khususnya kaum muda terhadap monopoli peran penguasa dan kendali hegemoni pengusaha yang merekayasa kehidupan bangsa kita.
Spirit dan cita perjuangan akan penjajahan serta merdeka dalam segala bentuk kehidupan itulah yang menjadi tujuan bersama perjuangan pemuda yang abadi. Dan segala bentuk yang akan melanggengkan penjajahan, merupakan musuh bersama gerakan kaum muda. Tak peduli akan berhadapan dengan siapapun. Jika dulu berhadapan dengan penjajahan fisik kolonialisme, saat ini mungkin berhadapan dengan musuh bersama dari sesama warga bangsa dan bahkan pemimpin yang tidak berpihak pada kepentingan bangsa dan negara, atau tidak memberi ruang ekspresi dan mengekang berpartisipasinya kaum muda dalam pembangunan sebagai generasi bangsa.
Dengan demikian, musuh utama perjuangan kaum muda bukanlah orang per orang, melainkan segala penentang dan pengkhianatan nilai-nilai kemanusiaan universal yang tertuang dalam spirit pembukaan UUD 1945. Jika pun ada, dalam kontek posisi jabatan publik dan pemegang mandat formal dalam sistem kenegaraan. Melakukan perlawanan pun masih dalam spirit kontrol dan pengawasan terhadap kinerja setiap jabatan publik yang memang harus dipertanggung jawabkan kepada rakyat. Dengan demikian, kritik dan sikap oposisi sekalipun bukan hanya didasarkan atas like and dislike, atau atas kepentingan partisan politis saja, tetapi sebagai kritik membangun bersama dalam konteks demokratisasi dan kemajuan bangsa.
Jumat, 21 Agustus 2009
MEMBANGUN SPIRIT KEMERDEKAKAN KAUM MUDA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar